Suatu petang, di pertigaan Pemda Cibinong, Bogor, lampu hijau berubah jadi kuning, kemudian merah. Yak, tandanya mempercepat memperlambat laju kendaraan. Motor bebek yang saya kendarai perlahan berhenti.
Namun dari samping, tiba-tiba melesat motor, jenis dan merk you-know-who dengan suara cempereng nyaring full asap. Melanggar lampu merah, belok kanan langsung ke arah bogor.
Sempat saya perhatikan, baju kaos oblong putih, celana pendek boxer, sendal jepit, tanpa helm. badan sengaja dibungkukkan demi menunjukkan “sport style”. Baju kaos melambai-lambai karena terpaan angin di badan kurus pengendara.
Ups, hampir saja terjadi kecelakaan. Ya, saking maksain dirinya tu motor ampir saja menabrak pembatas jalan. Lenggokan motornya hampir diterjang oleh mobil dari arah kiri, arah jakarta yang memang sudah saatnya jalan karena giliran lampu hijau. Tipis sekali. Memang sih, tak nabrak, tapi kebayang, se-inci saja atau mobil itu tidak mendadak mengerem maka bisa dipastikan pemuda pengendara itu terpelanting. Melihat kondisi tanpa helm dan pelindung lainnya, sangat mungkin tewas.
Nah, sebuah logika muncul di kepala saya. Benar, memang bukan satu kali dua kali kita melihat orang berkendara ugal-ugalan. Dan coba lebih dalam lagi mengingatnya. Paling banyak, pengendara ugal-ugalan dilengkapi dengan atribut yang juga tak aman dan berbahaya bagi keselamatan. Tanpa helm, pakaian kaos oblong celana pendek, plus sendal jepit.
Berapa banyak kecelakaan lalu-lintas yang terjadi setiap hari? seberapa banyak dari jumlah kecelakaan itu yang diakibatkan perilaku berkendara yang tidak aman (terkait perlengkapan) dan ugal-ugalan (terkait perilaku berkendara)? Saya rasa hampir semuanya kombinasi dari itu.
Betul? Coba hitung berapa banyak kendaraan dikemudikan ugal-ugalan yang beratribut keamanan ? Setahu saya, bahkan teman-teman “bikers” bahasa terjemahannya “pengendara” malah sangat sangat sopan berkendara. Mulai dari helm SNI hingga sepatu boot. Coba ingat-ingat, oke, ada juga sih pengendara dengan helm bagus, baju dan jaket bagus, dan paling penting nih, motor bagus (baca : motor sport) yang ngebut.
Ini pilihan. Ngebut itu ada pada speed (kecepatan). Anda bisa ngebut tanpa ugal-ugalan? Sebenarnya bisa! asalkan menjaga etika. Motor sport kalau ngga defaultnya ngebut ya sulit juga. Hehe..tapi kita lihat di akhir tulisan ini apa yang Anda dapat dengan itu.
Ngebut memang tak identik dengan ugal-ugalan walau kadang masyarakat mengartikannya bahwa ngebut = cari mati. Tapi jelas, saya bukan termasuk yang suka ngebut, dan bukan praktisi ngebut. Kalau di lintasan, ngebut bisa dapat trophy, duit juara, dan ehm sebelum ngebut pun di payungi oleh cewek-cewek nan seksi. Nah, kalau di jalan raya, Anda bisa-bisa terbang langsung ke langit pakai sayap. Dijemput paksa namun meninggalkan dunia fana.
Kembali ke logika.
Helm, sepatu, jaket itu tujuannya di fungsi keamanan diri. Benar. Tapi bukan berarti Anda menjadi sewenang-wenang dengan pengguna jalan lain. Safety Riding (berkendara dengan aman) tidak terkait langsung dengan kompeksitas pakaian Anda ketika menunggang si kuda besi. Tapi terkait dengan perilaku dijalanan juga.
Anda boleh bersepatu, berhelm SNI, jaket tebal, sarung tangan kulit. Tapi Anda tak bawa SIM STNK, berboncengan si pembonceng tak pakai helm SNI (atau tak pakai helm sama sekali), Anda menelpon ketika berkendara? Itu namanya perilaku yang tidak “safety”. Selain berbahaya utk pengendara, juga berbahaya untuk orang lain.
Jadi tak melulu masalah standard keamanan fisik ketika AKAN berkendara, tapi juga PADA SAAT berkendara. Faktanya, Kecelakaan lalu-lintas masih sering terjadi, walaupun pengendara sudah beratribut komplit dan tak melanggar aturan. Ya, aturan yang tertulis. Jadi, safety riding is beyond that. Seperti yang saya tulis di paragraf awal, kombinasi Perilaku berkendara dan Perlengkapan berkendara adalah nilai yang ada pada budaya berkendara aman (safety riding).
Coba Anda ceklist daftar denda yang saya berikan gambarnya diatas. Jika Anda sudah mematuhi itu semua, apakah kecelakaan lalu-lintas jadi tidak ada? Tentu tidak bukan? Nah, Inilah esensi safety riding ternyata. Yaitu, menyelamatkan diri kita, dan diri orang lain!
Ada beberapa kesimpulan yang bisa ditarik disini :
1. Berhelm SNI, Jaket, Sepatu, bawa SIM STNK dst. Tapi ngebut.
Selamat, Anda membahayakan orang lain. Kurang lebih nilainya sama dengan percobaan pembunuhan.
2. Berhelm SNI, Jaket, Sepatu, bawa SIM STNK dst. Tidak ngebut.
Selamat, Anda tidak membahayakan orang lain, tidak juga membahayakan diri sendiri. Keluarga tersenyum bahagia setiap Anda datang didepan rumah dan mematikan motor. Dan itu terjadi setiap hari hingga anda ngga kuat lagi berkendaraan motor atau Anda sudah punya mobil.
2. Tak berhelm SNI, Jaket, Sepatu, tak bawa SIM STNK, tapi tidak ngebut.
Selamat, Anda bisa saja mati karena keteledoran orang lain. Misal ditabrak 🙂
3. Tak berhelm SNI, Jaket, Sepatu, tak bawa SIM STNK, ngebut ugal-ugalan.
Selamat, Anda layak dapat kubur!
Jadi, kombinasi perlengkapan berkendara dan perilaku berkendara-lah (bagi saya) sebagai manifestasi istilah “safety riding“.
Bagaimana dengan Anda? Sudahkah safety riding?
setuju……
+ emosi pengendara harus dijaga ( sulit ,hehe)
tetap semangat dan sukses selalu
setuju. jadi formula matematisnya safety riding adalah
safety riding = kelengkapan kendaraan + perilaku positif berkendara
Itu kalo nggak bawa kendaraannya di-denda berapa kang? :p
wah dendanya lumayan mahal ya
Berarti mnding kita patuhi semua aturan yg ada
kan demi keselamatan kita juga 🙂
lanjuut om brad!
Woot?? Ini artikel lomba lagi?? Banyak amat ya lomba blog di bulan ini? fiuhhh. Ikutan juga ah. hehehe