Karantina di Korsel merupakan hal yang tadinya tidak terbayangkan. Semacam di-penjara dan bakalan mati gaya.
Namun demikian, memang karantina selama 14 hari alias dua minggu merupakan proses yang tak boleh dilewatkan oleh siapapun yang terbang ke Korsel dan tiba di negeri ginseng ini. Atas alasan apapun, baik warga negara Korsel sendiri, ataupun warga negara asing.
Selain mandatory untuk dikarantina, juga pemerintah menyiapkan fasilitas khusus berupa kamar karantina, kewajiban mengecek suhu tubuh pagi dan sore, makan dan minum serta tes corona berupa swab test/PCR secara berkala, ketika masuk dan ketika akan keluar setelah hampir empat belas hari.
Visa Korsel Untuk Wisata Ditutup
Saat ini, memang untuk urusan wisata, Pemerintah Korsel menutup visa, bahkan negara-negara dengan tingkat penderita COVID-19 yang tinggi juga dilarang untuk masuk ke Korsel melalui penolakan pengajuan Visa dari negara asal. Sebagai contoh, Uzbekistan, yang banyak orang Korea-nya juga ngga bisa masuk Korsel saat ini.
Yup betul, di Uzbekistan ketika jaman perang Korea banyak katanya masyarakat Korea bermukim disana, dan saat ini sudah beranak-pinak, jadi banyak dari mereka studi di Korsel, kampung halaman leluhurnya.
Setelah dikawal dari bandara Incheon ke moda transportasi dan tiba di Kota Metropolitan Gwangju untuk karantina di korsel, saya tidak dibawa ke dormitory/asrama mahasiswa tempat saya akan menghabiskan waktu belajar di kota yang terkenal dengan insiden Gwangju pada tahun 1980 ini. Namun ketika keluar dari KTX yaitu keretanya, langsung diarahkan petugas mengisi data pada tempat khusus di dekat stasiun.
Karantina di Korsel
Selesai melakukan serangkaian pendataan, para pendatang yang tiba di Gwangju melalui kereta ini langsung dibawa menuju mobil mini van yang siap menunggu. Dengan membawa koper-koper, para pendatang ini, pada saat itu saya bersama sekitar 11 orang lainnya, dibawa menuju sebuah gedung fasilitas pemerintah di Gwangju.
Di tempat ini, kami di-tes swab dan dibawa ke kamar masing-masing. Oleh karena untuk tempat karantina ini ada beberapa pilihan, misalnya di rumah sendiri bagi warga Korsel, di kampus bagi mahasiswa, maupun tetap di fasilitas pemerintah. Dulu, pada awal-awal COVID-19 malah ditempatkan di hotel dan dikasih makan 3x sehari loh hehe.. tapi belakangan tidak lagi. Mungkin soal biaya.
Ngomong-ngomong soal biaya, terkecuali yang karantina mandiri di rumah masing-masing, semuanya ada biayanya loh. Nggak gratis. Tinggal masalahnya siapa yang membayar hehe. Kalau saya, karena beasiswa masuk ke Korselnya, ditanggung pemberi beasiswa.
Hanya saja, kalau tiba-tiba nih, saya pulang kampung, pas balik kembali ke Korsel tentu kena biaya sendiri. Biayanya saat ini 574,000 KRW ya sekitar 6,5 juta mahal ya bo. Namun demikian itu termasuk semua tes dan semua makan tiga kali sehari.
Oke ketika karantina di korsel ini, yang enak sebenarnya di karantina di fasilitas pemerintah. Sepertinya saya waktu itu di tempat asrama wajib militer gitu ya. Karena di luar jendela, ada semacam tempat latihan fisik. Disitu juga ada televisi dan kamar yang lebih luas dibanding sekarang.
Sekarang, saya di kamar asrama. Karantina di pemerintah hanya satu hari, belum sampai satu hari malah. Di asrama ini, ada fasilitas televisi, Kulkas besar dua pintu, dan tempat menjemur pakaian. Mungkin karena untuk wamil, jadi tidak boleh ada laptop mungkin ya so, hiburannya televisi. Kalau di tempat asrama, tentu ga ada televisi, dan kulkasnya mini hihi.. Malam sekitar pukul 8 saya sudah dibawa pergi lagi bersama mereka-mereka yang dikarantina. Nah, disini baru berbeda-beda tujuan.
Menaiki Bus, kami muter-muter, karena beberapa yang warga Gwangju diantar ke rumahnya, paling tidak, ke titik terdekat ya. Setelah itu, rombongan terakhir yaitu kami yan mahasiswa menuju ke Chonnam National University. Sekitar 7 orang pada waktu itu. Ada mahasiswa bachelor, master dan doktoral. Nebak aja sih, karena ada yang sudah ubanan hahaha.. Rata-rata dari China, ada satu dari Kamboja dan saya, tentunya, dari Indonesia.
Menjalani Karantina di Korsel
Empat belas hari karantina, dimulai. Makanannya tidak terlalu variatif dan memang kualitasnya lain hihi. Maklum, itu-itu aja. Di kampus, selalu dari Hansot, makanannya dosirak. Kadang membosankan karena ya menu apalagi dalam dua pekan pasti muter-muter itu aja. Serta harus menyisir makanan kalau ada rada-rada berbau dan berbentuk mencurigakan (saya muslim), maka saya sisihkan.
Dosirak itu semacam bento ya kalau jepang. Packed meal, udah lengkap. Tapi kebanyakan di rice bowl daripada di packed bermacam-macam. Kalau yang versi nasi kotak enak memilahnya. Kalau versi nasi cup atau rice bowl itu aga susah harus ambil bagian atasnya dengan nasi-nasinya di bagian atas.
Kalau dibuang semua, kayaknya bakal kelaparan, makanin snack aja. Snack pun kan ngga label halal. Caranya, sisihkan jenis daging-dagingan aja, makan tuna kaleng yang disediakan. Bau ayam juga khas, jadi masih bisa saya bedakan. Bismillah sebelum makan, karena Allah tahu keterpaksaan kita dan Dia maha pengampun.
Saya bakalan kelaparan kalau tidak makan. Rikues dong! Nope, sudah dijelaskan diawal oleh peraturan kalau soal makanan, ngga bisa rikues. Buah-buahan aja ngga ada. Ada yang selalu ada. Yup, bisa ditebak kan? Kimchi. Semacam sayuran lalap yang wajib dan selalu ada, serta gratis kalau makan di restoran.
Dalam karantina di Korsel ini, kita semua juga dalam satu kamar satu orang pastinya. Kemudian selain makan pagi siang dan malam, diberikan juga berkala, tiga kali kalau ngga salah, snack-snack dan makanan ringan serta makanan kaleng. Mungkin untuk bekal kalau-kalau makan nasi kurang cukup. Lumayan mewah lah ya.
Selain makan besar pagi siang dan malam, juga diberikan perlengkapan mandi dan perlengkapan tidur. Ya, karena saya baru tahu, di Korsel ini, kalau di asrama itu tak boleh meninggalkan seprei, selimut dan bantal. Semua clean ketika kita keluar masuk. Jadi, di karantina ini, juga disediakan bantal dan selimut.
Sayangnya, padahal kan sudah dibayar ya, harusnya jadi milik pribadi. Nah, ini saya salah kemarin, saya bungkusin semua pas mau check out setelah 14 hari. Pas mau keluar kamar, petugas ngomel-ngomel pake bahasa korea. Ternyata itu bantal sama selimut harus ditinggal, dan akan mereka cuci untuk pasien karantina berikutnya wakakaka..
Di kamar, ada router tersendiri tiap kamar. Jadi urusan nge-net, aman. Nggak mati gaya lah ya. Jadi selama 2 minggu, saya dikamar pada gedung asrama yang khusus untuk karantina. Ada balkonnya, jadi bisa menengok orang-orang dibawah, walaupun ngga bisa keluar kamar.
Kebetulan gedung khusus karantina ini berhadapan dengan dua sisi, yaitu sisi asrama cewek dan sisi pegunungan. Kamu milih yang mana? Kalau saya pasrah aja. Inginnya ke arah gunung, biar bisa foto-foto selfie berlatar gunung dan pemandangan. Masa iya, saya foto2 selfie di depan asrama cewek.
Tapi ternyata saya di arah asrama tersebut. Hmm namun bisa melihat ke bawah, paling tidak, ada kehidupan anak-anak mahasiswa mondar mandir jalan kaki, naik sepeda, dan naik semacam skuter skate board. Jadi ngga merasa di tempat yang asing, walaupun saya dari lantai yang tinggi. Dan sebenarnya menarik juga melihat orang-orang itu belajar terus ya. Karena dari balkon terlihat mereka belajar. Memang kehidupan mahasiswa itu belajar terus, dan anak-anak korea ini terkenal kalau belajar itu bener-bener disiplin!
Setelah hampir hari-H check out, kami dibawa keluar. Tujuannya ke Rumah Sakit untuk tes COVID-19 lagi. Alhamdulillah, keluar ruangan juga. Walaupun jalan kaki ke depan kampus dan ke Rumah Sakit, sekitar 2 km hahaha..
Balik ke kamar, nunggu hasil tes, dan dua hari kemudian, kami jam 4 sore diketok semua kamarnya. Lalu dibawa ke pusat administrasi untuk rekam sidik jari dan administrasi lainnya. Juga diberikan lembar informasi untuk pembayaran. Petugas-petugas ini sepertinya mahasiswa CNU yang part time ya karena masih muda-muda.
Pindah ke kamar baru! dan disinilah saya sekarang. Walaupun ngga ada balkon, karena kamar saya dekat dengan pintu keluar, hanya 3 lantai, lumayan, bisa bolak balik turun naik tangga, olahraga dikit. Oya sejak karantina di korsel dari fasilitas pemerintahan ke kampus, di kampus semua petugas hanya pakai masker saja ya. Nggak pakai APD seperti di bandara dan di rumah sakit dan fasilitas pemerintahan.
begitu serius korea menangani pandemi ini ya. Gitu aja masih bisa kecolongan. Jadi apa kabar di Indonesia yang amat sangat santuy.
Tapi ini bagus banget sempat ditulis jadi bisa dibaca banyak orang kalau corona bukan becandaan bahkan di negara maju
Berapa lama di Korsel mas Unggul. Jadi pengalaman berharga, bepergian dan belajar di luar negeri saat pandemi. Ditunggu cerita selanjutnya, sepertinya menarik 🙂
ceritanya menarik, selamat belajar dan semoga sukses dengan studinya. Ditunggu cerita2nya tentang Korea ya.
Wah kak, Terimakasih untuk sharing nya, ini pengalaman buat kk yang berkesan pastinya ya , semoga study nya lancar dan sukses selalu kak buat kamu dsna 😍
waaaa belajar di Korsel sungguh pengalaman yang luar biasa ya Kak. Kok bisa sekolah di sana sih jadi Kepo. Adiku juga di Korsel tapi kerja di Pabrik. Sukses bajarnya ya Kak
Sebuah pengalaman yang tak terlupakan ya pastinya…merasakan pandemi bahkan di karantina di negeri orang, pelajaran hidup yang berharga
Gila sih kak efek pandemi ini. Beberapa negara memang menerapkan protokol ketat agar tak menular terlalu banyak. Tapi kalau menyoal aktivitas di luar udah lumayan rame atau tetap sepi Kak?
Lumayan rame. Krn belanja2 boleh. Tp hrs pake masker, kena denda n di korsel dimana2 cctv. Salah satu negara teraman
Wah, mas unggul lagi lanjut study di Korsel.
Di era Pandemi yg belum berakhir seperti ini pasti menjadi pengalaman tersendiri ya..
Semoga lancar ya studynya dan sehat-sehat,
Wih serujuga pengalamannya masuk Korea pas keadaan sedang covid begini. Semoga segala sesuatunya berjalan lancar ya selama masa studinya.
Aamiin
Pengalaman yang langka, karantina di negri orang. Sehat selalu dan dimudahkan semua urusan amin
Pengalaman langka, di karantina di negeri orang. Sehat selalu dan lancar urusan mas Unggul
aamiin sama2 smoga semua sehat ya dimasa pandemi ini dan segera berlalu
Lumayan biaya karantina ini yaa..
14 hari = 6.5 juta.
Tapi kemarin liat di vlog Bung Korea, biayanya lebih mahal lagi. Apakah ada klasifikasi pendatang?
iya mungkin karena ini yang murah itu khusus mahasiswa
iya, tapi bukan per negara, per status. untuk mahasiswa lebih murah sepertinya.
Aah…pantesan..
Kemarin Bung Korea mendatangkan tenaga kerja wanita gitu..untuk membantu selama di Korea. Biaya karantinanya 21 juta doonk..
Ampuunn~
Apakah dapat fasilitas yang sama?
Tapi ini serius, keren banget.
Jadi pendatang gak los aja gitu yaa..masuk ke negara orang di masa pandemi begini.
Aku pernah makan dosiraknya mujigae wkwkwk #dibahas
Wah iya ya rata2 semua negara kalau ada yang baru masuk emang mesti karantina 14 hari ya?
Soalnya kapan hari liat yutuber korea yg nikah ma org Indoensia itu jg abis dr Indonesia karantina tapi di rumah emaknya gtu sih keknya. Kalau gk ada tempat ya berarti manfaatin fasilitas pemerintah gtu ya?
mujigae lumayan juga hihi
Pemerintah di sana cukup hati2 ya menangani pandemi. Bahkan visa wisata belum dibuka. Semoga pandemi cepat berlalu agar segalanya dapat berjalan dg lebih mudah.
iya smoga berlalu secepatnya hiks hiks.. aamiin!
Seru banget bisa ngerasain karantina di negeri yang orang lain slah satunya saya kepengen ksana karna efek drakor hihihi Korea sangat rapi ya dalam menerapkan protokol kesehatannya, semogaa selalu diberi kelancaran untuk studinyaa yaa sukses teruss deh
lancar terus sekolahnya ya Mas, pulang dari Korea selain dapet ilmu baru dan juga wajahnya tambah kinclong dan berseri karena banyak skin care kece. BTW harus ada foto before after kuliahnya ya mas hehehe
Woow mahal juga ya Mas Unggul tagihan karantina di Korsel ini. Semoga selalu sehat dan kuliahnya berjalan lancar ya Mas Unggul. Semangaat selalu. 🙂
iya, untung dibayarin 😀
Sehat-sehat Mas Unggul. Sekarang mau ke kota lain, bahkan negara lain kalau sampai tujuan ya karantina dulu. Kebayang sih karena di negara asing ya kudu tetap patuh. Bersyukur karena inet lancarrrr
aamiin betull biar ga mati gaya 😀
Saya mau bilang wah, asrama cewek di depan mata….
Ga jadi ah. Saya mau bilang aja, semoga ga julid: “Pengalaman istimewa karena diberi kesempatan santai di ruangan sendirian sembari banyak bicara dengan diri sendiri dan makin banyak tulisan.”
Saya tunggu kisah selanjutnya ya
Hi Kak Salam Kenal,
kalau akau kayaknya diawal-awal doang akan betah huahh. Tapi mau bagaimana lagi ya kita menimba ilmu di negeri orang jauh dr keluarga dan semua keterbatasan pun gak bisa dipaksakan ya kak. Sehat-sehat ya kak
iyak btul, dibetah2in aja mau gmana hehe
Aku sampai ngeklik artikel terbang ke korsel di masa pandemi, krn pas mo nanya di kolom komentar eh artikel yg lain nonggol.Oh mas dirimu di negara pacar saya ya si PSJ (park seo joon) tau gak? haha
Waah kalau park seo joon tau doong, aku suka juga itu dia. Itaewon class, film midnight runner ^^
Kak, semoga lekas sembuh ya! Sekarang gimana keadaannya? Jadi inget pas karantina di rumah setelah rapid test. Semua makanan dan minuman serba diantar. Hanya di kamar aja, tapi tetep bisa internetan.