Terbang ke Korsel di saat pandemi COVID-19 benar-benar tak terpikirkan pada awalnya. Walaupun semua persyaratan seperti membuat visa korsel, legalisasi dokumen apostile di kedubes Korea sudah diselesaikan, kabar gembira datang. Perkuliahan, sementara katanya, online.
Yup kuliah daring dari laptop masing-masing jadi saya terlanjur hepi masih bisa berada di Indonesia. Mudah-mudahan, dalam satu semester masih online ya kan? Karena selain masih bisa berada bersama keluarga, juga uang beasiswa tetap diperhitungkan hihi.. Lumayan kursnya kalau untuk mencukupi biaya hidup di Indonesia.
Terbang Ke Korsel Juga Akhirnya
Setelah fiksasi adanya kuliah online, muncul kabar berita dari email. Dikarenakan adanya peningkatan kasus COVID-19 di Korsel, maka korsel menutup jalur untuk pengunjung dari luar negeri. Kabarnya, karena yang membawa corona adalah mereka para foreigners yang terkena.
Jadi, untuk pelajar yang akan studi di Korsel diwajibkan tiba maksimal tanggal 15 September 2020 agar bisa langsung menuju kampus masing-masing dan mengikuti protokol kesehatan di Korsel. Walaupun pada akhirnya sih masih bisa juga pasca tanggal tersebut. Pemerintah ngga mau ribet sepertinya. Mereka serius untuk menanggulangi COVID dengan cepat.
Seperti apa, wajib karantina selama 14 hari (dua pekan). Lokasinya di fasilitas yang ditentukan pemerintah apabila terpaksa tiba setelah tanggal 15 September. Sebelum itu, dapat dikarantina di kampus masing-masing (tempat khusus misalnya asrama). Untuk warga korsel, bisa karantina mandiri di rumah masing-masing.
Aplikasi Contact Tracing Corona
Mengontrolnya bagaimana? Pemerintah korsel mewajibkan men-download aplikasi khusus tracking COVID-19. Kamu bisa download sebelum tiba di bandara, karena tentu memerlukan akses internet untuk mendownloadnya. UC sendiri karena sudah mendapatkan informasi sebelumnya dari kampus, maka sudah didownload duluan.
Oke, lanjut soal terbang ke korsel di masa pandemi. Berhubung mendapatkan info tersebut, saya segera memesan pesawat pada tanggal yang nge-pas yaitu 13 September dan tiba 14 September. Dapat pesawat Korean Airlines karena Garuda hanya ada pada hari tertentu yang tidak pas. Memang, sejak pandemi, penerbangan ke Korsel sangat dibatasi. Bahkan beberapa dibatalkan.
Suasana, seharusnya excited ya karena namanya berangkat “jalan” ke Luar Negeri. Tapi di saat ini, saya merasakan agak muram, gloomy. Suram dan perasaan semacam tertekan. Halah. Sambil menunggu tibanya pengumuman untuk boarding, saya duduk dan bandara terlihat sepi.
Dari Incheon ke Gwangju
Singkat kata, saya sampai tanggal 14 September pukul 7 pagi waktu Incheon, Korea Selatan. Ketika turun dari pesawat, para penumpang diarahkan menuju petugas-petugas berpakaian APD maupun non-APD dari balik kaca meja. Dari pengecekan segala rupa, kemudian dipandu untuk mendownload dan mengisi data pada aplikasi contact tracing COVID-19 dari pemerintah Korsel.
Aplikasi ini mengharuskan kita melakukan self assesment selama 14 hari wajib. Jadi pagi dan sore hari harus mengisi kondisi tubuh. Bagaimana caranya, yap nanti kita diberikan “paket kesehatan” yaitu kantong berisi hand sanitizer, termometer, masker. Akan saya tulis di artikel berikutnya ya.
Oke setelah digiring dari pemeriksaan, kita kemudian menuju pintu tertentu. Ada petugas mengajak kita menuju pintu keluar dan menanyakan tujuan. Menunggu dulu, pada tempat tunggu. Apakah Seoul atau tempat lain. Menggunakan moda taksi atau bus atau kereta. Saya diarahkan menuju pintu yang akan ada bis menuju ke stasiun KTX yaitu kereta cepat menuju Gwangju.
Sebelumnya, mengambil bagasi dulu. Ternyata di koper saya sudah digandulin semacam alat yang berat. Intinya untuk memeriksa isi tas. Ada apa ya. Ternyata karena ada pisau lipat kecil untuk memotong buah dan kertas. Sebenarnya tak masalah, Jadi petugas membiarkan saya kembali ke luar bandara.
Di luar bandara (masih di hall) petugas bertanya mau naik apa dan mau kemana. Agar tidak salah pintu, ada informasi ber-bahasa inggris. Saya Alhamdulillah menuju tempat yang tepat, yaitu ke Gwangmyeong Station yaitu stasiun Kereta Cepat KTX. Jadi sebenarnya, kalau mau “nakal” bisa ke Seoul buat jalan-jalan hehe namun ya tetap aja nanti setelah dari Seoul harus ke Gwangju.
Naik bis ke stasiun dari Bandara Incheon tak lama, sekian menit menuju ke stasiun KTX. Kemudian ketika tiba, saya diarahkan membeli tiket KTX di loket untuk menuju Gwangju. Biaya bis tadi langsung sekalian disini. Total 54,000 WON. Lumayan mahal ya. Maklum ke Gwangju sekitar 4 jam normalnya, dipangkas waktu oleh KTX tak sampai 2 jam. Lebih dari separuhnya kalau naik Bis.
Setiap petugas mengarahkan agar kita yang baru tiba tidak bingung. Memang, kendala bahasa begitu terasa, tapi karena sudah jelas mau kemana, kita bisa berkomunikasi saja. Menunggu KTX agak lama karena tidak banyak dan ada jadwal di jam tertentu menuju Gwangju.
Selama proses tersebut, karena dikawal, kita tidak sempat untuk membeli roti, ataupun membeli simcard dan seterusnya, karena memang diarahkan ke lokasi tujuan. Jadi, sediakan bekal ya. Kalau minum, Kamu bisa bawa juga botol kosong untuk diisi di tempat minum.
Oya, lupa. Pengalaman terbang ke Korsel ini membuat saya yang sudah Rapid Test bersungut-sungut. Karena ternyata sama sekali tidak diperiksa ketika mau masuk bandara atau naik pesawat. Mungkin Rapid memang untuk penerbangan domestik, sehinga terbang ke Korea di masa pandemi ini berbeda hal. Ketika tiba sudah ada prosedur kesehatan.
Baiklah, itu sekelumit perjalanan menuju Gwangju Metropolitan City, tempat saya sementara menimba ilmu untuk saat ini. Pada tulisan selanjutnya, akan saya sampaikan keseharian menjalani karantina selama 14 hari di Korsel. Ikutin terus ya!
Wahhh semangat masnya. Ga disangka juga ya kalau harus kembali ke Korea disaat seperti ini.
Tetep ya dimana mana harus ikut aturan karantina. Sepertinya untuk urusan traveling masih belum bisa ya, mengingat aturan pemerintah sana juga ketat
Semoga sukses belajarnya di sana ya. Jalani masa karantina dengan taat. Buat tulisan yang banyak kalau bisa dalam bentuk draft buku. Hehehehe
Selamat belajar, Mas UC!
trimakasiiih. sudah muncull tulisan seri kedua, soal karantina 14 hari ^^
Wahhh seru banget nih kalau beneran lamaan diKorea Selatan. Balik balik udah jadi semakin cakep ntar ya mas hehehe.
Jadi selama pandemi protokol kesehatan harus ketat dan lengkapi semua persyaratannya biar aman
iya aamiin smoga cakep eh semoga sehat sehat sampai balik lagi
Kemarin lihat di vlognya Bung Korea, karantina nya harus di hotel dari bandara.
Benarkah?
Kak Unggul bakalan lama berarti yaa…di Koreanya?
Selamat berjuaaang~
Fightiing!
kehabisan biaya mungkin pemerintah hehe, skrg pilihannya di kampus, dirumah untuk WN korsel, dan hotelnya diganti “government facility” jadi mngkn di mess/asrama 😀 😀
Keren Mas Unggul kuliah di Korsel. Pengalaman tak biasa terbang ke sana di masa pandemi ini tentu sangat berkesan ya.
iya, deg degan, dan suasananya tuh, ya, muram gitu pas berangkat, ga exciting gimana2 gitu. Aku pun ga dianter siapa2, ngeri di bandara ketularan.
Wah sekolah lagi. Beasiswa atau gimana mas?
Temanku jg ada yang barusan berangkat ke sana. Tapi aku gak tahu di kota apa. Pas Maret itu udah disuruh berangkat ke Korsel tapi dia gak berani, pdhl pemerintah Korsel welcome menyambut pelajar dr LN. Awalnya kukira batal ternyat jd juga dia berangkat. Tglnya keknya mirip2 tgl keberangkatanmu. Semoga sukses mas sekolahnya.
iya karena maksimal 15 september sudah harus di korsel jadi aku pun gitu, ga mau sbnrnya hahaha.. tp terpaksa