Foto ini UC ambil tepat di lampu merah pertigaan Yasmin ke arah Jalan Baru (Jalan Soleh Iskandar), Bogor. Sebuah keluarga pengemis. Ada ibu, dan empat anak-anaknya.
Tak cuma sisi meminta-minta di lampu merah yang perlu diperhatikan. Tapi coba lihat lebih detil. Ya, tiga anak kecil tersebut, kakak beradik (mungkin) dengan santainya merokok. Hanya si Bayi yang mungkin “belum”. Paling tidak, itu pandangan mata saya saat itu ketika kena lampu merah, dan kemudian pas lampu hijau saya abadikan momen itu dengan kamera hp. Mungkin pada gambar tak begitu terlihat, betapa tangan-tangan mungil itu berulang kali menghisap rokok dan menghembuskannya dengan profesional (baca: tak batuk2 dan seterusnya. Bahkan huruf “O” dari asap pun muncul dari mulut-mulut mungil itu).
Menghabiskan waktu menunggu lampu yang hijau kembali merah, untuk kemudian “bekerja” kembali.
Si Ibu berjilbab apa adanya. Mungkin si Ayah entah bekerja dimana, atau entah berada dimana. Tinggallah satu keluarga ini mengais rejeki di lampu merah. Dan menunggu untuk mati lebih cepat. Kalau tak kecelakaan, paru-paru yang rusak. Sejak kecil dirusak asap. Belum kuat paru-paru mereka, tapi nasi dan lauk mungkin terlalu mahal, yang murah adalah beberapa batang rokok.
Entah, apakah itu yang mereka pikir. Menghilangkan penat, menikmati hidup yang tak adil dan menunggu di kehampaan. Tak punya harapan, hanya isapan asap, kembali bekerja, dan menghisap asap lagi.
Kelak, apakah mereka (sempat) sekolah?
Pemandangan ironis ini tak bualan. Yang miskin makin miskin, dibunuh pula perlahan-lahan oleh pengusaha tembakau. Itulah hidup, kadang, kebijaksanaan dari alam tak mencapai mereka. Universitas kehidupan hanya mengajarkan how to survive, dan bagaimana menghabiskan rejeki hari ini untuk memulai rejeki esok pagi. Hari demi hari.
Menikmati kelelahan, tanpa harapan. Hanya napas panjang sepanjang sebatang rokok..
Tak tahu, saya (UC) mau berbicara apa. Hanya sempat mengambil foto dari handphone pada saat kendaraan melaju ringan di lampu hijau. Esok, lusa, dan beberapa tahun lagi, keluarga ini tak tahu ada dimana. Mungkin di lampu perempatan yang sama, menjadi salah satu korban lain dari kapitalisme.