Judulnya sebenarnya Single Operation KRL Jabodetabek jilid 2 mungkin ya, karena gembar gembor KRL Single operation ini sudah beberapa kali, seingat saya 2x mau diterapkan namun gagal/pending. Di blog ini, UC membahasnya juga dua kali. Kali pertama, judulnya Single Operation KRL Jabodetabek. Jadi kali ini agak berbeda deh judulnya.
Sesuai judul, akhirnya PT KCJ (KAI Commuter Jabodetabek) meluncurkan program ini. Konsekuensinya, layanan KRL Jabodetabek hanya dibagi dua layaknya Bus-bus umum, yaitu kelas ekonomi alias non-AC dan kelas “Commuter Line” yang ber-AC. Jika yang ekonomi ini tarif dan jumlahnya sama, nah, yang Commuter Line ini gabungan yang dulunya KRL Pakuan Ekspress AC dan Ekonomi AC. Semua KRL ini berhenti disetiap stasiun, artinya “sesama KRL dilarang saling mendahului”.
Yang kemudian menjadi diskusi panjang adalah mengenai tarif. Seperti ditulis diparagraf sebelumnya, terjadi “penyesuaian” tarif. Nah, biasanya, Ekonomi AC Rp 5500 dan Pakuan AC Rp 11.000, kini keduanya berada hampir ditengah-tengah, yaitu di tarif Rp 9000. Banyak yang menyesalkan, terutama suara dari komunitas penumpang KRL, KRL Mania, yang berharap tarif persis ditengah-tengah, yaitu Rp 7000.
Mengenai tarif ini, UC hanya bisa mengatakan kalau pasti ada titik tengahnya dan ada “ahli” nya masalah pricing ini dan terkait dengan target peningkatan pendapatan PT KCJ. Kalau memang KCJ transparan, pasti ada jalur untuk perwakilan pengguna untuk duduk bersama membahas masalah tersebut, tentu dengan yang “ahli” juga. Nah, Kita tunggu saja strategi baru PT KAI melalui PT KCJ ini!
Oya untuk pembaca yang mau lebih lengkap mengenai perubahan jadwal terkait perubahan strategi ini, bisa unduh file jadwal lengkap . Semoga membantu, karena per-2 Juli, model baru KRL Jabodetabek ini sudah berlaku.
PertamaX, bukannya udah dinaikkan jadi Rp 7000, bukan 9rb lagi?
ternyata benar, detik-detik terakhir “perjuangan” akhirnya turun ke Rp 7000 hihihi.. nah itu baru masuk akal. Sudah nyoba hari Sabtu kemarin..