Jalan Kaki Melintas Batas
Memang Betul, aku hobi sekali berjalan-jalan. Dengan demikian, aku merasa benar-benar bangsa Indonesia. Mengenal tumpah darahnya. Bahkan dijempol kaki dan pahaku ada tahi lalatnya. Walau nggak nyambung, kata nenek dan ibuku, itu pertanda seorang petualang.
Tapi mungkin tak pantaslah disebut sebagai traveller, atau backpacker. Tak begitu cocok menurutku. Tak banyak daerah keliling negeri yang kusinggahi, pun di luar negeri sana. Aku hanya suka jalan kaki, naik angkot, nunggu kereta di stasiun. Muter-muter mencoba berbagai kendaraan dan berjalan kesana kemari mencari kuliner baru, hmmm.. adalah hal yang menyenangkan.
Tulisan ini juga tak hendak berbicara eksotika nusantara dan tips trik sampai ke-sana. Biarlah teman-teman lain menulis tentang pesona daerah tujuan wisata di Indonesia dengan gempita. Bukan tak ingin, tapi aku tak kompeten. Kegiatan jalan kaki ku suka tiba-tiba saja. Misalnya, dalam tulisan ini aku ingin mengabarkan mengenai betapa exciting-nya melintas batas. Benar-benar garis batas. Walaupun tak berhari-hari dan bukan area yang luas. Sebuah hal yang dulunya kuanggap remeh temeh tapi menakjubkan.
Peta dan Lintas Batas Selatan
Alkisah, aku sering penasaran melihat peta. Mengapa sebab, karena ada kelok-kelok berliku di perbatasan antar provinsi peta negeri kita. Tak seperti peta negara bagian Amerika Serikat misalnya, yang berbentuk persegi-persegi. Jika tak persegi, biasanya karena dibatasi oleh danau. Peta Indonesia berbeda. Dia meliputi garis batas antar provinsi, kota, kabupaten yang terikat adat dan budaya. Bukan menarik garis diatas kertas. Menarik bukan?
Rasa Penasaranku membawa sebuah ide, bagaimana kalau aku susuri batas wilayah itu? pikiranku pun berlogika. Karena aku tinggal di Bogor dan kost di Depok. Aku putuskan, liburan, wajib hukumnya untuk melintasi kecamatan-kecamatan yang ada diperbatasan Depok – Bogor. Mulai dari Cilodong di Bogor hingga finish di Balaikota Depok. Aku usahakan menjejak rute yang paling cocok dan paling dekat dengan garis pada peta.

Melintas Batas Memang Menyenangkan!
Petualangan-pun akan dimulai, dan aku mendapatkan tambahan teman, dua orang teman kuliah yang tertarik dengan ideku. Pada hari yang ditentukan, kami memulai dari bogor, daerah komplek TNI di Cilodong. Berangkat dari Kost-an di Depok naik angkot, kami sempat terlewat sampai Cibinong. Tak masalah, rute kami jadi malah nge-pas, dari Bogor Kabupaten (Cibinong). Kami berangkat Sekitar pukul 4.30 Pagi, dengan Asumsi siang atau sore akan tiba di garis akhir perjalanan.
Oke, perlengkapan? Tas ransel berisi air minum, roti tapi tak banyak, toh bisa beli dijalan. Pakaian kaos oblong celana kargo ada yang pendek ada yang panjang. Aksesoris? Temanku pakai kacamata hitam dan topi lebar hehe..
Melintas batas sungguh pengalaman luar biasa. Menembus ilalang, semak belukar dan menyusuri jalan setapak, jalan kecil-kecil dan sempit. Suasananya adem. Orang-orang kampung baik, kami sering berpapasan dan saling melempar senyum. Pandangan mata kami dimanjakan oleh kehijauan dan hiruk-pikuk alam pedesaan. Memang, kami prediksikan bakal pegal dan capek pasti berasa sekali. Tentu saja, berjalan kaki puluhan kilometer, bahkan ratusan karena bentuk perjalanan yang tak “lurus” saja. Tapi kami punya satu senjata lagi, yaitu persiapan. Salah satunya? Neurobion tablet putih utk antisipasi capek pegal tersebut. We’ll see!
Melintas batas dari Cibinong, Cilodong, Cimanggis, Bojong Gede, Citayam hingga Sawangan, Parung, dan Cinere, kami lalui dengan melihat peta jalan. Sambil sesekali berhenti mengelus-elus kaki dan relaksasi di warung kopi. Tak punya target pasti, namun enjoy saja. Benar ternyata, capek dan pegal tak terasa karena perlindungan neurobion si tablet putih. Mantab.
Banyak yang kami lihat, selain suasana perkampungan pinggiran, juga aktivitas yang unik, misalnya sempat aku foto, mobil tronton besar yang masuk jalan sempit. Hmm.. membuat kesal semua masyarakat disana. Aku dan teman2 sendiri mendengar mereka menggerutu mengenai pembangunan real estate. Nah, disini kita bisa lihat bagaimana geliat pembangunan menggerus hingga ke pelosok. Fenomena unik terkait sosial budaya. Benturan peradaban. Kami sendiri terpaksa rehat sejenak sembari menonton pergerakan itu mobil truk berangsur pergi dengan menyisakan antrean motor-motor (transportasi utama kelas pinggiran) dan masyarakat kampung perbatasan bogor-depok ini. Cukup lah untuk merelaksasi kaki (sekali lagi).

Pukul empat sore, tibalah kami dibatas akhir. Stasiun Depok dan didekatnya, Kantor Walikota Depok. Melemaskan kaki, beristirahat di Masjid. Botol-botol air minum bekas di jalan yang kami buang kemudian di sebuah tong sampah. Lumayan banyak hehe.. dan lumayan sehat!

Makan malam, berpisah, walau letih, kami Puas. Terbantu (lagi) juga dengan minum neurobion, tablet putih yang bisa mereduksi pegal dan capek. Fair toh. Pulang ke rumah masing-masing untuk tidur. Esok harinya, aku dan teman-teman ku tak begitu capek, mungkin karena rasa puas dan memang kami berpetualang di hari Sabtu sehinggu hari Minggunya, praktis, kami semua bisa recovery dan beristirahat di rumah. Sungguh pengalaman yang menjadi rekor bagi kami.
Anda sudah biasa jalan-jalan keluar kota, ke daerah-daerah lain di Indonesia? Atau punya keinginan keliling dunia? Hmm kalau belum mengelilingi kota/kabupaten tempat Anda hidup, kayaknya ada yang kurang loh.. dan kata orang, mulai dari yang kecil, mimpi keliling dunia, keliling dulu batas kota mungkin ya biar nanti niatnya kesampaian, someday.. amin.. hehe..
Yuk, keliling batas kota? Tidak perlu mengelilingi, mungkin lintas batas selatan, utara, barat atau timur saja. Rasakan bagaimana denyut nadi pedesaan, perkampungan dan masyarakat pinggiran beraktivitas. Ada perasaan beda, nikmat, inilah luasnya negeri ini, inilah kehidupan sahaja masyarakatnya. Keluhuran budayanya pabila kita agak lebih lama berinteraksi. Juga bisa melihat perbedaan adat budaya dan bahasa. Seperti dialek sunda dan dialek betawi yang aku temui disepanjang perjalanan lintas batas waktu itu. Menarik loh! Mau?
Manstap kang, ini namanya #SpatialThinking, sangat menarik.
Lain waktu kita gabung yuk, saya punya mainan supaya penjelahan lebih asik. Ada GPS dan peta-peta…
: )
@httsan : Siap pak, kita susun rencana di Sept or Okt.
Coretan yang keren dan inspiratif kang!
Gudlak ya… 🙂
@BundanyaKaka wah ke kandang babi ngapain hahaha.. pramuka niyee pantes ada lagu pramuki … becanda SOL
lha…??
komenku ke mana..? :'(
@ipul : wah ngga tau juga, blum cek n kayaknya ga ke save deh soalnya ga liat ada komen dari dg ipul nih.. komen ulang dong 🙂
W..O..W…
Jalan kaki? ugh kalo dulu pramuka sering bgtt bahkan masuk pelosok2n masuk kandang babi di kota Bangka *JamboreDaerah..
Kalo sekarang kayaknya berat karena stamina tidak sekuat dulu 🙂
nice story!
waaaaw, pengalaman yg menarik sekali bro. Jadi kepengen mengatur rencana juga. Hmmm, sip, akan saya pikirkan 😀
wow.. jalan kaki? capeeenya hihihi..
jadi inget waktu SMP, untuk bisa dapetin TKK Madya Jalan (Pramuka) harus jalan dari kabupaten bogor ke SMP ku di kukusan, depok. lumayan dari jam10 malem sampai jam 6 pagi 😀
tp klo sekarang disuruh jalan lagi, beuhhh.. ku tak sanggupppp hahahaha..
kapan2 coba dari jakarta, depok, tanggerang mas 😀
@mirma ngeri euy malam2 untung rame2 yaa
wah kereeen..
kenapa kolong-kolong jembatan dan pinggiran kota di negara orang ini kujabanin but daerah sendiri belom pernah…
one day, pinggiran palembang dan sumatera selatan akan terjelajahi
*mulai mengatur mimpi
@meento naaah hayuuk mulai planning.. jangan lupa kertapati-plaju jalan kaki hehe
Mantab mang… jalan-jalan itu penting
@adit ya penting banget.. 🙂
wah, kereennn.
seru kayanya.
tapi kl aku jalan seharian gt bs2 encok. dan pasti temen seperjalanan bakal ketiban sial untuk gendong ;D
@dd sering2 mampir bae ke warung hihi.. istirahat dan coba2 makanan yg ada 🙂 aku kemaren tu berapa kali mampir ke masjid n warung n pesan extrajosss halah
wah asyiknyo…
pengen rasanya juga mengikuti jejaknya nih…
banyak pelosok kota jakarta dan suburbannya yg belum tersinggahi… bukan mencari gedung2 bagus, tapi mencari pengalaman hidup di bawah kolong jembatan, di tepi kota, di sudut2 perkampungan.. 🙂
@arul setuju! jangan lupa plus nongkrong diwarkop n makan siang diwartegnya 🙂