Sharing Tapi Terpaksa?

https://www.unggulcenter.org/sharing-tapi-terpaksa/

Sekarang ini jamannya bagi-bagi. Sudah ga jaman orang kayak kucing, ambil makanan trus sembunyi dipojokan biar tidak dilihat kucing lain. Hari ini, semua orang membagi apa yang dia rasakan, yang dia baca, dia lihat, dan paling utama, apa yang dia ketahui/pelajari.

Di internet, jejaring sosial dan sosial media pada umumnya, orang narsis dan suka bagi-bai elmu pasti banyak yang : memfollow twitnya. membaca status FB nya, dan berkunjung rutin ke blog nya. It turns into money loh. Yup, masalah popularitas masalah paling penting di dunia internet. Jika ndak populer, ya ndak ada yang mampir. Padahal, ibarat rumah, aktivitas kita di internet membutuhkan keramaian agar penghuninya dikenal. Jika dikenal, bahkan diseluruh kota, bukan hanya komplek, maka banyak manfaatnya.

Lalu, kalau sharing terpaksa itu seperti apa?

Itu apabila Anda melakukan sesuatu, kemudian diminta orang lain eh, bagi ya hasilnya. Atau, Anda tak mau melakukan sesuatu, tapi diminta bos, tolong kamu baca ini, atau ikut anu, abis itu di-share keteman-teman dan buat laporannya. Nah, yang begini, harusnya masuk ke hati nya dengan ikhlas. Kalau nggak ikhlas, asal nurut saja, pasti hasilnya gak maksimal. Dalam arti, misal, review buku, Anda ga baca bukunya, ambil dari beberapa halaman, sharing saja. Selesai. Belum tentu diimplementasikan.

Masalah sharing, ada kondisi juga. Kita sharing itu dengan orang yang MAU di-share. Kalau kita cas cis cus presentasi tapi gak ada yang dengerin, tentu kecewa kan? Kedua, kondisi tak dibuat memungkinkan untuk interaktif. Misal, dibuat forum untuk sharing, tapi waktunya terbatas sekali. Si pemateri yang sudah menggebu-gebu cuma presentasi, memaparkan. Abis itu selesai. Tak ada feedback. Dari pemateri sendiri, lama kelamaan di berikut-berikutnya akan malas. Begitupun orang lain yang kena beban sharing dari perusahaan. Penonton yang di-share pun ogah-ogahan. Atau, hadir dan mendengarkan, tapi “masuk telinga kiri keluar telinga kanan”. Dua-duanya, tak mendapat manfaat signifikan.

Kalau saya pribadi sebenarnya malas yang model gini. Apalagi tidak didengarkan. Sepertinya kita ngomong di depan orang yang sudah lebih jago dari si pemateri. Atau, memang topik yang tak tepat audiensnya. So, apa solusinya? Nah perusahaan yang membuat model seperti ini yang harus jawab. Bukan saya. Saya juga tak pernah mendapat kesempatan sharing seperti itu sih, Alhamdulillah karena ngapain memberikan sesuatu yang “tak diinginkan” hehe.. mending sharing via Slide Share di internet, jelas, pendownload pasti yang membutuhkan dan kita pun berbahagia bisa berbagi. Apalagi, slide tersebut mencakup nama kita sebagai authornya. Narsis dapat, berbagi iya juga. Cocok sekali dengan dunia sekarang ini sebagaimana yang terpapar di awal tulisan.

So, kalau mau sharing, sharing lah di internet hihi sebab yang baca share Anda (tulisan) pasti orang yang tepat. Kalau ngga dia lewatkan saja. Dan yang mendownload slide Anda atau dokumen pendukung yang Anda sertakan juga pasti orang yang tepat.

Kalau tidak, coba Anda sharing di dunia nyata dengan audiens yang tepat. Lalu, yang ketiga, apapun sharingnya, share lah dengan ikhlas dan benar-benar maksimal. Apapun hasilnya. Kalau Anda nanti malas, karena merasa gak didengarin, ya nanti apa yang Anda share sekedar pepesan kosong. Anda cuma “nyuruh” orang melakukan sesuatu hal yang Anda sendiri tak lakukan. Kalau begitu, sama aja bohong. Itulah namanya terpaksa…

 

About the Author: unggulcenter

Pengelola UC - Review Pengalaman Produk dan Perjalanan

You might like

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.