Ada tiga kata yang diulang diatas yaitu “sehat”, dan ada empat kata lagi yang berkaitan yaitu Guru, Pelajar, Internet dan Dunia.
Mengapa saya memberikan kata kunci dan judul seperti itu? Karena kesimpulan dari artikel ini adalah.. ya judul diatas! Hehe..
Baiklah, saya akui, memang sepertinya judul diatas main-main, tak serius. Benar, tapi isinya bukan main-main walau untuk serius, kita tak perlu harus mengernyitkan dahi membaca sebuah artikel, ya kan?
Beberapa hari yang lalu, tepatnya Sabtu, 18 Desember 2010, saya menghadiri peluncuran (kick off) “PC for Teachers” program oleh Axioo, Telkom dan Ikatan Guru Indonesia (IGI). Sebenarnya Ini tahun program yang kedua, sejak diluncurkan Desember 2009 lalu. Namun tahun ini istimewa, karena Telkom menjadi pendukung penuh program kreatif ini. Acara yang diadakan di Graha Telkom di JL Gatot Subroto 52 ini sangat menarik, insightful, penuh hal-hal positif mencerahkan.
Salah satu sebab, karena diisi oleh pakar pendidikan kita Prof Arif Rahman. Belum pernah saya bertemu beliau, tapi reputasinya memang sudah sampai ke saya, karena itu lah saya sangat tertarik. Hal menarik yang muncul dipikiran saya kemudian adalah mengenai implementasi guru yang ‘mutakhir’ dengan pembelajaran multimedia, jaringan internet di sekolah, dan pelajar sebagai pengguna internet di sekolah tersebut.
Fokus tulisan ini menceritakan sedikit pendapat saya mengenai bagaimana pemanfaatan internet dan penggunaannya secara “sehat” di sekolah-sekolah.
Guru dan Anak Didik
Di sekolah, guru adalah mentor, coach. Konsultan masalah, pembuka cakrawala intelektualitas, pembuka potensi diri, dan pengembang kepribadian anak. Bukan sekedar di-gugu dan di-tiru. Dia seorang kakak. Dia memberikan transfer ilmu dengan pembelajaran yang menyenangkan, sedemikian rupa. Begitu kurang lebih wejangan Prof Arif Rahman di acara kick off program “PC for Teachers” bertajuk Seminar Pembelajaran Abad 21.
Sedemikian rupa artinya tak monoton, tak memberikan ‘tanda seru’ (larangan), tapi ‘tanda tanya’ (mencari tahu). Dengan model yang tidak kaku, penuh keceriaan, menggunakan berbagai medium. Berbagai alat peraga visual mulai dari gerakan anggota badan sendiri hingga presentasi multimedia dengan infocus.
Program internet ke berbagai sekolah baik di kota-kota besar maupun di kabupaten dan pedesaan dewasa ini telah menjangkau lapisan lebih luas lapisan masyarakat. Sekolah-sekolah dapat menikmati internet. Program Telkom seperti ‘internet masuk desa’ saat ini sudah mulai berdampak terhadap daya jelajah pikiran dan pengetahuan anak, karena sekolah-sekolah sudah memasang internet di laboratorium komputernya. Walau masih banyak kelemahan, terlebih dengan sangat luasnya negeri ini dan pulau-pulau yang sulit dijangkau, program ini patut diapresiasi tinggi.
Nah, ada hal perlu jadi perhatian kita bersama, yaitu bagaimana pembelajaran melalui media internet dilaksanakan oleh satuan tugas di sekolah-sekolah tersebut. Dalam hal ini, kembali lagi, si guru di sekolah. Lain soal jika si anak sudah kembali ke rumah dan ‘menemukan’ laptop atau PC (personal computer) di rumah. Fakta demikian terjadi di kota-kota besar, tapi itu bukan pokok bahasan di tulisan ini.
Cepat, Juga Harus Sehat.
Secara umum, kebutuhan internet ada dua. Pertama, masalah koneksitas (bukan konektivitas). Harus cepat, tidak lambat. Masalah kecepatan biasanya dipecahkan oleh beberapa internet provider terpercaya. Contohnya Produk Telkom Speedy. Dengan nama yang sudah ‘speedy’ (si cepat), maka tak mungkin koneksinya lambat selambat “sepeda”. Apalagi yang diharapkan, selain “wus wus wus..”. Jika sudah mendengar kata “speedy”, maka top of mind akan mengatakan. Telkom. Internet. Cepat.
Masalah kedua adalah kenyamanan dan keamanan. Lazim, ini terkait dengan keamanan penggunaan yang tidak ‘lebay‘. Berlebih-lebihan. Bukan hanya mengenai batasan waktu browsing, tapi juga APA yang di-browsing. Dan ketika “salah klik” jangan sampai konten yang tak cocok untuk anak usia 17 tahun kebawah dibuka (atau terbuka).
Selain itu, perilaku ber-internet yang tidak baik (dan tidak waspada) dapat membawa berbagai macam Malware ke komputer kita, juga kemungkinan terkena ‘jebakan betmen’ ala cyber crime sangat mungkin terjadi. Internet-an, tak hanya cepat aksesnya, tapi juga harus aman dan nyaman. Terminologi ‘sehat’ ada sebagian disini.
Penanganan agar penggunaan internet sehat dari sisi teknis cukup gampang. Saat ini paket internet sudah banyak aplikasi-aplikasi filter dalam menyaring konten situs porno dan mengarah kesana. Juga program utak-atik dan pem-blok berbagai serangan jahat ke dalam komputer lokal dari internet. Blok ke website dengan kata kunci tertentu pun bisa dilakukan. Juga pencegahan bisa dilakukan dengan memasang Nawala dan via sistem operasi yang sudah ‘children friendly’ seperti Perisai Anak.
Guru mata pelajaran terkait Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) selaku ‘administrator’ harus pandai-pandai untuk melakukan ‘oprek’ terhadap fasilitas internet di sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Ini terbilang sehat, tapi ini juga termasuk sehat dari si ‘dokter’ bukan dari si ‘pasien’ alias pengguna. Dokter dan praktisi kesehatan selalu mengatakan daripada mengobati, lebih baik mencegah. Mencegah dengan melaksanakan pola hidup sehat. Lalu, hubungannya dengan pemanfaatan internet adalah bagaimana kita berinternet dengan sehat melalui pola pemakaian yang sehat pula.
Pemakaian yang sehat bisa berarti banyak hal. Paling aman adalah tidak berniat membuka hal-hal yang negatif. Kemudian, dalam kaitannya dengan internet di sekolah, dan untuk kebutuhan sekolah, tentu bermain internet dengan mencari berbagai media pembelajaran di internet. Di internet-lah semua bisa didapatkan. Mencari ilmu pengetahuan terkait pelajaran di sekolah.
Namun bukan sekedar ber-facebook ria atau membuka twitter disana. Walau tulisan ini bukan membahas secara detil mengenai aplikasi-aplikasi media sosial dan bagaimana “sehat” dalam ber-jejaring sosial, tapi yang jelas, semua tempat ada aturannya. Ada netiket-nya. Nah, netiket ini perlu disampaikan oleh guru-guru di sekolah kepada para siswa.
Berinternet sehat berarti ber-internet yang nyaman, aman dan bertanggungjawab. Paling tidak, beberapa tips trik internet sehat perlu diajarkan ke para pelajar agar mereka aman nyaman ber-internet. Bagi orangtua, juga tak terlalu khawatir lagi.
Tips dan trik seperti apa yang perlu disampaikan ke pelajar, dengan sistematis bisa juga diberikan informasinya dengan mengambil tip trik dari gerakan internet sehat. Tentu para guru harus ikutan “sehat” dulu sebelum menyehatkan pelajar. Tentu tak etis kalau guru TIK suka mengunduh dan mengoleksi gambar porno, memarahi siswa di “wall” facebook dan seterusnya. Atau melecehkan diri sendiri dengan bertindak tidak baik dalam berinteraksi dan berkomunikasi di media internet, dan itu diketahui siswa. Masuk akal kan?
Para guru bisa berperan untuk mengarahkan anak didiknya untuk berperilaku sehat sesuai tip trik tersebut. Bahkan, langsung mengarahkan anak didik untuk membuka website-nya dan mem-follow twitternya. Paling tidak ini hal yang paling sederhana dapat dilakukan seorang guru dalam mengajari anak ber-internet yang sehat. Tak cuma mengajari browsing lewat pembelajaran di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus dan yang lebih luas, kurikulum.
Ber-internet sehat bagi guru yang sehat dan siswa yang sehat akan lebih mudah. Guru yang sehat bukan berarti makan tiga kali sehari dengan menu empat sehat lima sempurna, tapi juga memiliki pengetahuan, kompetensi dan, menurut Prof Arif Rahman lagi nih, perlu ada : Kemutakhiran.
Ya betul. Kalau tak punya laptop/notebook/netbook, mana bisa seorang guru disebut mutakhir. Kalau tak bisa berbahasa inggris, yang mana di dunia internet lebih banyak informasinya bahasa global tersebut, ya tak mutakhir. Akan kalah dengan generasi “digital native”, anak-anak yang lahir di tahun 1990-an ke atas. Anak didik kita di TK, SD, SMP dan SMA sekarang.
Alhamdulillah, ada program “PC for Teacher” yang didalamnya sudah ada banyak materi-materi pembelajaran. Dapat juga pelatihan gratis khusus guru, juga pelatihan Open Office, aplikasi perkantoran yang powerful di komputer dengan sistem operasi Linux. Guru bisa membeli mengangsur paket ini, langsung terkoneksi internet via speedy dengan paket ‘speedy sosialia’ yang UNLIMITED. Tak tanggung-tanggung, tiga bulan gratis, bow !
Kemudian yang kedua, pelajar yang sehat. Punya karakter dasar moral yang kuat, ditambahkan nilai-nilai lingkungan yang religius dan berwawasan intelektual. Pembangunan karakter ini kolaborasi antara di rumah (dan lingkungan tempat tinggal) dan di sekolah. Ber-internet sehat secara praktis, adalah tips trik bagaimana pelajar mendapatkan pengetahuan seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya dari dunia internet.
Tak mencakup urusan berselancar (browsing) saja, tapi juga bagaimana berinteraksi di dunia maya. Ini antara lain perlu terus menerus ditingkatkan. Untungnya ada organisasi semacam ICT Watch dan kampanye “Gerakan Internet Sehat”-nya. Dipadukan dengan kampanye “Internet Masuk Desa” dan “Internet Masuk Sekolah”, dan juga kampanya “PC for Teachers”, maka gaung Internet Sehat pun akan semakin kuat.
Dalam konteks ke-Indonesiaan, semua sudah mahfum kalau kebangkitan teknologi informasi merupakan syarat untuk dapat berdiri sejajar di percaturan teknologi dunia yang semakin nyata di depan kita. Ya, Indonesia bisa maju, dan Dunia pun dalam genggaman.
Loh, apa nih hubungannya?
Ketika komponen paling utama dan motor pergerakan bangkitnya bangsa ini, yaitu Generasi Muda-nya tidak rusak, bahkan semakin lama semakin cerdas, tentu Indonesia akan bangkit. Di sana ada guru-guru pendidik yang berjasa memberikan ilmu ke pada siswa-siswi mulai dari ‘kertas kosong’ menjadi ‘kertas penuh warna’. Diisi dengan karakter positif religius dan diisi dengan tekad intelektual.
Tak akan lama, dengan visi dan generasi cerdas tanpa batas, apalagi mengingat dunia sudah tak berbatas (The World is Flat kata Thomas Friedman), generasi muda kita bisa bersaing dan menjadi pemenang.
Menurut saya tak lama, mungkin hanya dalam beberapa belas tahun saja. Bukan hanya motto Telkom yang menyebut “world is in your hand” (dunia dalam genggaman-mu), tapi itu adalah bagian dari visi generasi muda bangsa ini. Dan ternyata, kita bagian dari mimpi yang sama.
Tetap sehat, tetap semangat, dan genggam dunia dengan perilaku sehat di mana pun. Baik di dunia maya dengan internet sehat, maupun di dunia nyata dengan hidup sehat dan ber-karakter religius.
Saya yakin generasi muda kita mampu!
Artikel yang menarik dan bermanfaat…memang semestinyalah keberadaan internet ini dipergunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat, lebih berguna, dan lebih mendidik, sehingga dunia internet tidak banyak didominasi oleh ‘sampah’ yang sangat banyak berseliweran…salam kenal untuk semua…
sebuah pesan moral yg bagus, semoga berhasil dalam kontesnya pak…
artikelnya bagus…sy tertarik. sangat cocok dengan isi dalam blog ini http://pendidikanit.blogspot.com
kalau bleh dan tidak kberatan bagi kan juga artikel yang menyagkut pendidikan dan kaitannya dengan IT.
semua tergantung sifat manusianya. kalo kita suka sekali dengan hiburan, facebook dan game.
mungkin internet pada nantinya jg akan tersegmentasi dengan sendirinya, skrang lg booming facebook, mungkin suatu saat akan ada lg yg mengalahkannya, dan semua kembali pada brainwarenya lagi. tapi arahan-arahan seperti ini emang perlu disampaikan, nice post
saya mendukung internet sehat sobat…
gunakan internet secara sehat dan bermanfaat..
ditunggu kunjungannya..
http://inifu.blogspot.com/2010/12/internet-sehat-mulai-dari-diri-sendiri.html
wow..
ngeblog juga sehat.. 😉
nganu, itu cewe pada cekikikan kira2 lagi ngeliat apaan yak –“
Memang perlu kesadaran yang tinggi untuk sehat dalam berselancar di dunia maya seperti makan kalo banyak junkfood yah ga sehat begitu pula dalam penggunaan internet!
Apalagi di dunia pendidikan infomrasi yang di dapat dengan internet bisa menembus batas dinding2 perpustakaan sampai pelosok dunia untuk mendapatkan pengetahuan!
@indobrad :
Nah! ini juga sempat ditanyakan waktu seminar itu. Napa ga langsung aja bagi2 Laptop GRATIS aja ke guru-guru. Memang di luar negeri program tersebut sudah ada dan sukses abis.. tapi disini?
hmm.. kata Axioo sih maunya dia itu, tapi seberapa besar “partner” mereka “membantu”. ngerti kan maksudnya. Ya, bisnis tetap bisnis, ga mungkin Axioo mau rugi. Bisa aja mereka bagiin gratis ke guru. Cuma yang tanggung biaya produksi dan distribusi siapa? hehe.. masuk akal.
kadang ide bagusnya terbentur masalah klasik: gak ada anggaran. fiuh, serba salah.
Ya kita Yakin
Dan semoga menang ya sobat
Baru BW lagi nih 🙂
Tapi kebanyakan bener org buka komputer cm buka facebook
Kalo siswa game online…tetep butuh pengarahan
*ngeliat ad sendiri maen komputer buat facebookan aja 🙁