Menulis tentang Pendidikan?

https://www.unggulcenter.org/menulis-tentang-pendidikan/

Hmm.. siapa sangka begitu susahnya.

Siapa sangka, isu paling penting dalam kehidupan intelektual manusia, pendidikan dan problematikanya, masih pada tataran ucapan, diskusi, debat, tak berkesudahan. Memang budaya menulis di Indonesia minim. Masih budaya ngemeng kata orang..

Itulah yang menjadi persepsi saya setelah 1 bulan lomba menulis tentang pendidikan digelar oleh sebuah lembaga pendidikan nonformal. Selaku salah seorang penyelenggara, saya miris juga melihat antusiasme yang kurang. Terlepas dari faktor hadiah, publikasi, promosi dan lain-lain yang saya rasa panitia cukup maksimal (belum Anda terima info lombanya belum tentu jadinya tidak maksimal), saya rasa kadang ada penyakit di bangsa ini, penyakit mental gratisan, mental keledai (masuk lubang sama, dan mau berjalan dengan adanya umpan makanan di depan mulutnya), juga budaya korup. Saya juga bisa memperdebatkan, apa iya kalau Hadiah mobil, motor atau rumah maka jumlah peminat lombanya bertambah signifikan? Sebab, disebut benar, apabila secara logika, berhadiah smartphone seharga 2 juta, 10 orang, maka berhadiah Motor seharga 20 juta harusnya ada 100 orang! Got it? So, bukan disana concern saya. Kasus lomba ini hanya contoh kecil saja.

Oya, pembaca, jangan terjebak, salah ambil konklusi dari premis yang salah, pada tulisan singkat ini, jika saya mengatakan bahwa “kurang” nya antusiasme gara-gara, budaya menulis sangat kurang. Gara-gara, budaya verbal lebih menawan. Dengan catatan, kita tidak bahas masalah publikasi lomba ya. Saya ingin mengajak berfikir lebih dalam sekaligus lebih luas, juga secara filosofis. Karena fakto X tentu banyak, namun yang saya bahas disini adalah masalah “budaya menulis” terutama tentang PENDIDIKAN.

Kurang, karena hingga tulisan ini dibuat, hanya 10 peserta.

Kurang, karena ini bulan Mei dan ini bertepatan dengan Hardiknas.

Kurang, karena ini mewakili dan mencerminkan pelajar, generasi muda.

Kurang, karena sudah dibuka kesempatan untuk Notes FB, bukan cuma Blog. Seharusnya lebih banyak..

Kurang, karena dari jutaan pelajar, hanya sedikit yang mau meluangkan waktu menulis.

Kurang, karena untuk mengejar jumlah pendaftar, terpaksa pendaftaran lomba diundur hingga 30 Mei 2010..

Ya, mungkin memang perlu usaha lebih keras untuk itu. Mungkin memang, menulis itu susah, apalagi menulis tentang pendidikan. Jangankan pelajar, ANDA yang membaca artikel ini, apakah mau untuk menulis artikel tentang pendidikan? Sesuatu yang mudah, karena kita berpendidikan dan kita sekolah. Mudah, karena ada disekitar kita. Lalu, tetap SULIT ketika kita hanya mau berbicara dan berargumentasi dengan verbal ketimbang menuliskannya.

Benar, memang susah kok. Tidak usah buang-buang argumen kalau hadiah besar dari lomba, maka peserta penulis bertambah siginifikan. Biasanya tidak. Kecuali lomba nyanyi, band, dsj maka lupakan lomba menulis. Alih-alih menulis Essay.

Saya sendiri begitu banyak inspirasi, begitu susah menuliskannya. Jadi, saya membuat tantangan, dalam beberapa hari ini akan menulis tentang pendidikan. Apapun itu, sebagai wujud apresiasi dan memperingati Hari Pendidikan Nasional..

Linknya akan saya berikan ditulisan ini, sebagai pengingat, bahwa pendidikan perlu kita tuliskan, agar generasi mendatang belajar dari pengalaman yang ada.. I Tsing menuliskan perjalanan muhibah ke Nusantara, sementara kita sendiri tidak ada sejarah bagus yang tertulis. Kerajaan-kerajaan kuno, hingga masuknya Islam di negeri ini sumbernya sangat sedikit..
Banyak rekaan dan simpulan saja. Itupun sumbernya dari luar negeri, misal Negeri Cina yang tradisi menulisnya tinggi sejak dulu kala. Mbah Priok saja tidak ada sejarah tertulisnya secara pasti siapa dia, kapan dia tiba dan tujuannya apa memakai apa dst. yang beredar tanpa ketertulisan adalah sejarah yang erat dengan Magis. Mistis dan membuai khayal.

Novel Samkok yang terkenal dari negeri cina mengenai romansa tiga kerajaan (my favorite!) memang erat juga dengan distorsi penuturan karena turun temurun. Tapi semua ditulis. Bahkan tokoh fiktif seperti Zhou Cang yang ahli menyelam pun ditulis sebagai tokoh fiktif. Sisanya? 300++ tokoh yang nyata. Walau dilebih2kan dari sisi kemampuan dst. Bangsa ini? Lebih menghargai Peramal masa depan seperti mama lauren daripada pengalaman masa lalu dan menggalinya.

Bagaimana dengan Anda?

About the Author: unggulcenter

Pengelola UC - Review Pengalaman Produk dan Perjalanan

You might like

5 Comments

  1. Sahabatku
    Soal pendidikan soal nurani
    Bicara pendidikan bicara nurani
    Dimana pendidikan mampu membentuk pribadi2 yang tak hanya cerdas tapi juga berahlak mulia 🙂

  2. selamat malam, mo sekadar menyapa dan bertanya,anda salah satu pemenang compfest2010 ya?sudahkah ada konfirmasi lagi dari panitia ttg hadiah?karena saya juga belum dihubungi lagi…thx

    1. Halo Mas Nurrahman.. Iya nih, sudah 2x saya twit paniti @compfest2010 tapi belum ada tanggapan.. 🙁

      mungkin kecapekan kali yaa.. Dari Qwords.Com udah.. nanti hadiahnya hangus deh..

      coba mas nurrahman email atau twit panitia deh..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.