Sekolah Magang Indocement (SMI)
SMI merupakan hal yang baru bagi UC. Sebab itulah, ketika ada undangan Blogger Visit Sekolah Magang Indocement, di pabrik Indocement di Citeureup, Selasa, 31 Oktober 2017 yang lalu, UC langsung antusias. Ngga boleh dilewatkan, nih!
Apalagi, Sekolah Magang Indocement ini merupakan konsep yang unik, yang menurut UC merupakan hal yang perlu dilihat seperti apa sih, sekolah ini, dan kurikulumnya. Bentuknya juga seperti apa.
Pada hari-H, saya bertemu dengan beberapa blogger senior yang siap menyambangi pabrik terbesar Indocement ini. Indocement sendiri ternyata ada tiga pabrik yang berada di tiga lokasi berbeda. Selain di Citeureup yang menyuplai porsi terbesar dengan lingkungan pabrik yang luas, juga terdapat di Palimanan, Cirebon dan Kalimantan Selatan.
Dalam waktu satu jam lebih sedikit, para bloggers yang berangkat dari Wisma Indocement di Jakarta sudah tiba. Agenda kita nih, selain paparan singkat oleh manajemen Indocement, juga mengunjungi SMI dan juga I-SHELTER. Wah apa itu? Nanti saya jelaskan yaa.
Indocement sendiri menurut Bu Dani Handajani, Corporate HR Division Manager Indocement, merupakan perusahaan semen terkemuka yang menekankan CSR (Corporate Social Responsibility) sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) sehingga dalam pengelolaan program CSR nya, tidak hanya memberikan bantuan pembangunan seperti dua puluhan tahun lalu, misalnya pembangunan sekolah dan fasum (fasilitas umum).
Namun, dengan memberikan beragam bantuan terkait pendidikan dan keterampilan kerja dengan tujuan masyarakat terutama disekitar tambang/pabrik semen dapat mandiri dengan kompetensi yang dipunyai. Indocement menyebut kampanye ini dengan, GEMARI (Gerakan Masyarakat Mandiri).
Apalagi, karakteristik masyarakat yang kita ketahui, kadang suka menganggap keberadaan perusahaan tambang dan sejenisnya merupakan tempat “mengadu nasib” dan berharap terserap menjadi tenaga kerja disana. Padahal, tambang merupakan energi yang tak terbarukan. Intinya, tidak akan ada lama di tempat tersebut, sehingga kemandirian masyarakat diperlukan.
Nah, model SMI yang dikembangkan Indocement ingin menjawab permasalahan tersebut. Bahwa skill adalah apa yang harus masyarakat punyai. Banyak cara Sekolah Magang Indocement (SMI) lakukan, yaitu dengan beragam fasilitas pelatihan untuk masyarakat mulai dari menjahit, mengemudi hingga core business dari Indocement, yaitu dengan skill bangunan.
Pada saat berkunjung ke tempat pelatihan SMI, kami para bloggers menemui mereka-mereka yang sedang pelatihan. Juga beberapa “alumni” yang sudah lulus dan bekerja sebagai tukang bangunan “Professional”. Beda, kata salah satu alumni yang memberikan testimoni. Ketika mereka bekerja jadi tukang bangunan tanpa skill. Sekadarnya saja. Ketika belajar di SMI, mereka mendapatkan ilmu bagaimana menghitung dan mengukur serta membuat komposisi yang pas dalam bangunan.
Oleh sebab itulah, rata-rata mereka dipercaya menjadi pekerja bangunan untuk perumahan elit, perkantoran, bahkan menjadi pemilik UMKM yang berdayaguna. Tentu keuangan akan lebih lancar. Pola tukang bangunan, dengan selalu membawa kerabat dan juga informasi mulut-ke-mulut yang beredar menyebabkan mereka semakin terasah keahliannya dan makin banyak “klien”.
Bahkan kedepan, sudah ada proses untuk sertifikasi standard dimana lulusan Indocement akan lebih mudah dipercaya untuk menjadi “ahli bangunan” bagi perusahaan dan pengembang properti yang membutuhkan.
Selain berkunjung ke tempat pelatihan SMI, bloggers juga mengunjungi dua tempat lainnya. Yaitu Pusat GEMARI dan I-SHELTER. Gemari merupakan Gerakan Masyarakat Mandiri, dimana disini merupakan pusat UKM membuat beragam handycraft seperti miniatur pesawat, tempat perbengkelan dengan membekali anak-anak lulusan SMK keahlian motor injeksi yang jarang dimiliki oleh selain teknisi dari pabrikan motor tersebut.
Saya dan para bloggers melihat sendiri, bagaimana instruktur dan teknisi didikan SMI Indocement ini mampu berkarya di tingkat nasional bahkan internasional dengan beberapa piagam dan piala penghargaan kompetisi teknisi. Sejauh yang saya tau, biasanya sih didominasi oleh teknisi resmi misalnya AHASS dan sebagainya, namun masyarakat sekitar pun mampu bersaing. Anak-anak muda ini mempunya ketrampilan yang dapat membawa mereka maju dan mandiri dalam ekonomi nantinya.
Juga, ada pembudidayaan ikan hias yang diekspor hingga Jepang sebagai bahan baku kosmetik. Wow. Hasta karya dari bahan bekas produk GEMARI pun diekspor ke berbagai belahan dunia, misalnya miniatur pesawat yang selalu dipesan oleh maskapai Etihad dan beberapa lainnya.
Di I-SHELTER, bloggers juga diperkenalkan mengenai keamanan dalam pekerjaan bangunan. Para teknisi dan engineer serta pekerja bangunan yang dilatih di GEMARI dan SMI pun selalu diperkenalkan dengan I-SHELTER untuk mengetahui keselamatan dan keamanan bekerja. Misalnya penggunaan tangga dan pakaian bekerja bangunan yang benar.
I-SHELTER merupakan akronim dari Indocement Safety, Health and Environment Center (kadang disebut Indocemen SHE Center). Disini, ada tahap-tahap juga. Karyawan indocement pun mesti mengantongi “paspor” yang ada cap stempel di dalamnya pelatihan dan pengetahuan apa saja yang sudah diketahui dan pahami kemudian di cap. Keren ya.
Nah, itulah hasil kunjungan Blogger Visit SMI Indocement, dimana kami merasakan bagaimana para siswa SMI mengembangkan keahlian, melihat mereka bekerja praktek. Kemudian kami mengetahui fungsi dan kegunaan I-SHELTER untuk kita semua dan juga produk-produk GEMARI yang sangat keren dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Ada beberapa kelurahan yang menjadi mitra komunitas dari Indocement bekerjasama dengan Disnaker Kabupaten Bogor sehingga dalam pengembangan dan pengelolaan SMI dan GEMARI, berdampak luas dan juga menghasilkan tenaga kerja maupun wiraswasta yang mampu mengembangkan perekonomian sesuai dengan MDGs.
Indocement memang menyatakan kalau “memberi kail, bukan memberi ikan” merupakan kebijakan Indocement. Ini patut diapresiasi dan semoga makin banyak tenaga terampil lulusan Sekolah Magang Indocement. Amin!
Sekolah seperti ini bisa dicontoh buat perusahaan-perusahaan lain yg banyak banget khususnya di kawasan gunung putri. Kebutuhan sdm yang terampil & bersertifikasi jadi lebih diutamakan di jaman sekarang & bisa meningkatkan kesejahteraan sdm itu juga. Keren!