Masih dari cerita Kopdar Blogger Nusantara di Sidoarjo. Kali ini UC ingin berbagi cerita jalan-jalan di Sidoarjo. Yup, kita di Sidoarjo tak hanya berkonferensi ria dan hal-hal yang serius lainnya. Peserta juga pasti punya skenario jalan-jalan atau kegiatan lainnya. Nah karena kita blogger, maka kita berbagi dan tulis diblog. 🙂
Nah ceritaku dimulai dari tidur-tiduran di stadion Indoor tennis di GOR Sidoarjo. Tempat bermukim ratusan peserta hingga selesai acara. Tidur-tiduran, obrol-obrol dan tentunya, mengantri colokan listrik untuk menge-cas hape dan gadget lainnya. Sore itu, Cak Wigi datang. Numpang tidur hihi.. kayaknya Cak Wigi memang kecapekan. Maklum habis bertugas paginya mengawal presiden wakil bupati hihi..

Beliau juga seorang dblogger alias blogger detik. Nah, karena saya bareng dengan teman-teman dbloggers maka saya pun kenalan. Orangnya ceria, ramah baik dan info paling penting : rumahnya di Sidoarjo. Ini penting sodara-sodara, karena kita sudah bisik-bisik diajak buat jalan-jalan keliling menuju lumpur yang terkenal itu. Jamnya entah kapan. Saya pun tak tahu apa bisa ikut atau tidak.
Pagi di hari kedua dia datang. Teman-teman dblogger seperti Fitri, Erfano, Kang Didno dan Mang Jazi langsung ngajak saya pergi. Jam 6 pagi kalau ndak salah. Di luar GOR, ternyata banyak juga orang lalu lalang sekadar berolahraga.
Dengan asumsi jam 9 kita sudah bisa ikut acara di Sun City Convention Hall, venue utama, Oke, saya ikut dengan mereka, sebab kebetulan sekali, ada motor-motor yang dipinjam dari teman-teman blogger asal sidoarjo. Wow! that’s great!

Enam orang naik tiga motor. Saya membonceng Mang Jazi, Erfano dan Didno, sedang Cak Wigi dengan Fitri kalau tidak salah. Fitri seorang fotografer juga, penyuka fotografi lah ya jadi punya kamera nan bagus. Didno dan Erfano pak guru yang blogger, dan Mang Jazi.. juragan hehehe.. saya? Tukang Ojeknya mang jazi.
Naik motor, tanpa jaket langsung tak lakonin. Asyik! Keliling Sidoarjo menuju site dengan motor, dikendarai sendiri, mengenal sudut-sudut kota, dengan angin sepoi-sepoi pagi hari.. asyik sekali. Inilah yang saya inginkan kalau ke suatu tempat baru. Berjalan kaki, naik motor, atau naik angkot muter-muter kota. Dengan grup yang tak terlalu besar. Ambil tas, keluar, idupin motor, langsung cabuuuttt!!
Inilah aksi tukang ojek itu, difoto dari penumpang ojek di depannya hehe..

Nah ini dia lokasinya. Kecamatan Porong yang benar-benar sudah jadi kecamatan Lumpur. Inilah bencana. Semua sudah relokasi. Sebetulnya untuk masuk, penduduk setempat meminta duit bagi yang mau berkunjung dan melihat lebih dekat. Namun Cak Wigi sebagai orang lokal ngobrol dikit dan kita langsung bisa naik ke atas tanggul. Naik motor langsung. Seru! Sampai dekat sekali dengan lumpur dan kita mengabadikan lumpur ini.

Hi.. seram juga ya. Lumpur setinggi rumah itu. Mana masih ada beberapa titik asap. Cak Wigi mengambil tanah lumpur dan meremasnya. Langsung lumat jadi serpihan bubuk. Tidak bisa diapa-apain lagi nih katanya. Tidak padat seperti batu bata atau lumpur tanah liat. Benar-benar ampas. Aromanya juga menyengat, bau Gas.


Dengan narsisnya, kami bergantian berfoto-foto, dan juga memfoto langsung lumpur tersebut. Foto narsisnya tak saya taruh disini ya, biar pembaca tidak pada muntah 🙂
Oke, kita kemudian naik motor lagi, terus ke arah kiri. Kalau tadi kekanan. Foto-foto lagi. Dengan angle berbeda. Diujung mata kamera, ada Masjid terbengkalai. Kami lalu turun dan kata Cak Wigi, “yuk kita lihat ke kali brantasnya, tempat pembuangan lumpurnya”.

Kami bermotor agak jauh. Kebayang kan luasnya rendaman lumpur ini. Kira-kira beberapa kilometer. Kemudian belok ke kiri. Nah, ini pasti ujung kawasan lumpur. Melalui jalan tersebut, kami menembus pinggiran lumpur hingga ke Pos selatan. Disebelah kanan adalah Kali Brantas. Disinilah Lumpur itu dibuang. Dibuang ke Kali. Foto narsis disini mana ya hihi.. gak usah deh
Tadi diawal saya kasih tau ada Masjid yang terlantar. Nah walau tak persis didalam lumpur, saya melihat masjid, sekolah SD yang ditelantarkan karena penduduk relokasi. Berikut yang sempat diabadikan oleh teman yang lain (lupa, antara pembonceng yang mana nih hehe).


Nah yang lagi lewat bukan diantara tiga motor kami ya, cateeet…Â Kami memutar jauuuh sekali. Kebayang nggak sih, beberapa kecamatan jadi “danau lumpur”. Untung gak begitu bau ya. Kami memutar sekalian juga untuk mampir ke rumah Cak Wigi, “pemandu” kami hari itu. Keasyikan apalagi yang ada? Nantikan di bagian kedua aja. Saya terpaksa potong dulu disini agar banyak postingan bisa mengerjakan pekerjaan lain dulu.
Stay tune di tulisan kedua 🙂
Hahaha ……tukang ojeg yang satu ini spesial banget, beruntung aku pernah jadi penumpangnya…..
asyik banget yah.. kita punya teman-teman blogger yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung dan banyak uang